MALANG KOTAKU
Kota Malang adalah sebuah kota yang terletak di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Kota ini terletak 90 km sebelah selatan Surabaya dan merupakan kota terbesar di kedua di Jawa Timur setelah Surabaya menurut jumlah penduduk. Berdasarkan hasil sensus penduduk 2010, Malang merupakan salah satu kota terbesar di Indonesia menurut jumlah penduduk dan berada di posisi ke-16, satu posisi di bawah Bandar Lampung, Lampung dan di atas Padang, Sumatera Barat. Kota Malang berada di dataran tinggi yang cukup sejuk, dan seluruh wilayahnya berbatasan dengan Kabupaten Malang. Luas wilayah kota Malang adalah 110,06 km2. Bersama dengan Kabupaten Malang dan Kota Batu, Kota Malang merupakan bagian dari kesatuan wilayah yang dikenal dengan Malang Raya. Wilayah Malang Raya yang berpenduduk sekitar 4 juta jiwa, adalah kawasan metropolitan terbesar kedua di Jawa Timur setelah Gerbangkertosusila. Kawasan Malang Raya dikenal sebagai salah satu daerah tujuan wisata utama di Indonesia.
Malang dikenal
sebagai salah satu kota tujuan pendidikan terkemuka di Indonesia karena banyak
universitas dan politeknik negeri maupun swasta yang terkenal hingga seluruh
Indonesia dan menjadi salah satu tujuan pendidikan berada di kota ini, di
antaranya adalah Universitas Muhammadiyah Malang, Universitas Brawijaya, Universitas Negeri Malang, dan lain-lain.
Sebutan lain kota ini
adalah kota bunga, dikarenakan
pada zaman dahulu Malang dinilai
Wilayah cekungan Malang telah ada sejak masa purbakala menjadi
kawasan pemukiman. Banyaknya sungai yang mengalir di sekitar tempat ini membuatnya
cocok sebagai kawasan pemukiman. Wilayah Dinoyo dan Tlogomas diketahui
merupakan kawasan pemukiman prasejarah.[2] Selanjutnya,
berbagai prasasti (misalnya Prasasti
Dinoyo), bangunan percandian dan arca-arca, bekas-bekas fondasi batu bata,
bekas saluran drainase, serta berbagai gerabah ditemukan
dari periode akhir Kerajaan Kanjuruhan (abad ke-8 dan ke-9)
juga ditemukan di tempat yang berdekatan.
Nama "Malang" sampai saat ini masih diteliti
asal-usulnya oleh para ahli sejarah. Para ahli sejarah masih terus menggali
sumber-sumber untuk memperoleh jawaban yang tepat atas asal usul nama
"Malang". Sampai saat ini telah diperoleh beberapa hipotesa mengenai
asal usul nama Malang tersebut.
Malangkuçeçwara (baca:
Malangkusheswara) yang tertulis di dalam lambang kota itu, menurut salah satu
hipotesa merupakan nama sebuah bangunan suci. Nama bangunan suci itu sendiri
diketemukan dalam dua prasasti Raja Balitung dari Jawa Tengah yakni prasasti Mantyasih tahun 907, dan prasasti 908 yakni diketemukan
di satu tempat antara Surabaya-Malang. Namun demikian dimana letak sesungguhnya
bangunan suci Malangkuçeçwara itu, para ahli sejarah masih belum memperoleh
kesepakatan. Satu pihak menduga letak bangunan suci itu adalah di daerah gunung Buring, satu pegunungan
yang membujur di sebelah timur kota Malang dimana terdapat salah satu puncak
gunung yang bernama Malang. Pembuktian atas kebenaran dugaan ini masih terus
dilakukan karena ternyata, disebelah barat kota Malang juga terdapat sebuah
gunung yang bernama Malang.
Pihak yang lain menduga bahwa letak sesungguhnya dari
bangunan suci itu terdapat di daerah Tumpang,
satu tempat di sebelah utara kota Malang. Sampai saat ini di daerah tersebut
masih terdapat sebuah desa yang bernama Malangsuka, yang oleh
sebagian ahli sejarah, diduga berasal dari kata Malankuca yang diucapkan
terbalik. Pendapat di atas juga dikuatkan oleh banyaknya bangunan-bangunan
purbakala yang berserakan di daerah tersebut, seperti Candi Jago dan Candi Kidal,
yang keduanya merupakan peninggalan zaman Kerajaan Singasari.
Dari kedua hipotesa tersebut di atas masih juga belum dapat
dipastikan manakah kiranya yang terdahulu dikenal dengan nama Malang yang
berasal dari nama bangunan suciMalangkuçeçwara itu.
Apakah daerah di sekitar Malang sekarang, ataukah kedua gunung yang bernama
Malang di sekitar daerah itu. Sebuah prasasti tembaga yang ditemukan akhir
tahun 1974 di
perkebunan Bantaran, Wlingi, sebelah barat daya Malang, dalam satu bagiannya
tertulis sebagai berikut : “………… taning sakrid Malang-akalihan wacid lawan
macu pasabhanira dyah Limpa Makanagran I ………”. Arti dari kalimat tersebut di
atas adalah : “ …….. di sebelah timur tempat berburu sekitar Malang
bersama wacid dan mancu, persawahan Dyah Limpa yaitu ………” Dari bunyi prasasti
itu ternyata Malang merupakan satu tempat di sebelah timur dari tempat-tempat
yang tersebut dalam prasasti itu. Dari prasasti inilah diperoleh satu bukti
bahwa pemakaian nama Malang telah ada paling tidak sejak abad 12 Masehi.
Nama Malangkuçeçwara terdiri atas 3 kata, yakni mala yang
berarti kecurangan, kepalsuan, dan kebatilan; angkuça (baca:
angkusha) yang berarti menghancurkan atau membinasakan; dan Içwara (baca:
ishwara) yang berarti "Tuhan". Sehingga, Malangkuçeçwara berarti
"Tuhan telah menghancurkan kebatilan".
Hipotesa-hipotesa terdahulu, barangkali berbeda dengan satu
pendapat yang menduga bahwa nama Malang berasal dari kata “Membantah” atau
“Menghalang-halangi” (dalam bahasa Jawa berarti Malang). Alkisah Sunan Mataram yang
ingin meluaskan pengaruhnya ke Jawa Timur telah mencoba untuk menduduki daerah
Malang. Penduduk daerah itu melakukan perlawanan perang yang hebat. Karena itu
Sunan Mataram menganggap bahwa rakyat daerah itu menghalang-halangi, membantah
atau malang atas maksud Sunan Mataram. Sejak itu pula daerah tersebut bernama
Malang.
Timbulnya Kerajaan Kanjuruhan tersebut, oleh para
ahli sejarah dipandang sebagai tonggak awal pertumbuhan pusat pemerintahan yang
sampai saat ini, setelah 12 abad berselang, telah berkembang menjadi Kota
Malang.
Setelah kerajaan Kanjuruhan, di masa emas kerajaan Singasari (1000
tahun setelah Masehi) di daerah Malang masih ditemukan satu kerajaan yang
makmur, banyak penduduknya serta tanah-tanah pertanian yang amat subur. Ketika Islam menaklukkan Kerajaan Majapahit sekitar tahun 1400, Patih Majapahit
melarikan diri ke daerah Malang. Ia kemudian mendirikan sebuah kerajaan Hindu
yang merdeka, yang oleh putranya diperjuangkan menjadi satu kerajaan yang maju.
Pusat kerajaan yang terletak di kota Malang sampai saat ini masih terlihat
sisa-sisa bangunan bentengnya yang kokoh bernama Kutobedah di desa
Kutobedah. Adalah Sultan Mataram dari Jawa Tengah yang akhirnya datang
menaklukkan daerah ini pada tahun 1614 setelah mendapat perlawanan yang tangguh
dari penduduk daerah ini.
SEJARAH
Seperti halnya kebanyakan kota-kota lain di Indonesia pada
umumnya, Kota Malang modern tumbuh dan berkembang setelah hadirnya administrasi
kolonial Hindia Belanda. Fasilitas umum direncanakan
sedemikian rupa agar memenuhi kebutuhan keluarga Belanda. Kesan diskriminatif
masih berbekas hingga sekarang, misalnya ''Ijen Boullevard''dan
kawasan sekitarnya. Pada mulanya hanya dinikmati oleh keluarga-keluarga Belanda
dan Bangsa Eropa lainnya, sementara penduduk pribumi harus puas bertempat
tinggal di pinggiran kota dengan fasilitas yang kurang memadai. Kawasan
perumahan itu sekarang menjadi monumen hidup dan seringkali dikunjungi oleh
keturunan keluarga-keluarga Belanda yang pernah bermukim di sana.
Pada masa penjajahan kolonial Hindia
Belanda, daerah Malang dijadikan wilayah "Gemente" (Kota).
Sebelum tahun 1964,
dalam lambang kota Malang terdapat tulisan ; “Malang namaku, maju
tujuanku” terjemahan dari “Malang nominor, sursum moveor”. Ketika kota ini
merayakan hari ulang tahunnya yang ke-50 pada tanggal 1 April 1964, kalimat-kalimat
tersebut berubah menjadi : “Malangkuçeçwara”. Semboyan baru ini diusulkan
oleh almarhum Prof. Dr. R.
Ng. Poerbatjaraka, karena kata tersebut sangat erat hubungannya
dengan asal usul kota Malang yang pada masa Ken Arok kira-kira
7 abad yang lampau telah menjadi nama dari tempat di sekitar atau dekat candi
yang bernama Malangkuçeçwara.
Kota Malang mulai tumbuh dan berkembang setelah hadirnya
pemerintah kolonial Belanda, terutama ketika mulai di operasikannya jalur
kereta api pada tahun 1879. Berbagai kebutuhan masyarakatpun semakin meningkat
terutama akan ruang gerak melakukan berbagai kegiatan. Akibatnya terjadilah
perubahan tata guna tanah, daerah yang terbangun bermunculan tanpa terkendali.
Perubahan fungsi lahan mengalami perubahan sangat pesat, seperti dari fungsi
pertanian menjadi perumahan dan industri.
Lambang Kota Malang pada MasaHindia
Belanda
·
Tahun 1767 Hindia Belanda
memasuki kota
·
Tahun 1821 kedudukan
pemerintah Belanda di
pusatkan di sekitar kali Brantas
·
Tahun 1824 Malang mempunyai
asisten residen
·
Tahun 1882 rumah-rumah di
bagian barat dan kota didirikan dan alun-alun dibangun.
·
21 September 1945 Malang masuk
wilayah Republik Indonesia
·
2 Maret 1947 pemerintah Republik Indonesia kembali memasuki Kota
Malang.
KEBUDAYAAN
Kekayaan etnis dan budaya yang dimiliki Kota Malang
berpengaruh terhadap kesenian tradisional yang ada. Salah satunya yang terkenal
adalah Wayang Topeng Malangan (Topeng Malang), namun kini semakin terkikis oleh
kesenian modern. Gaya kesenian ini adalah wujud pertemuan tiga budaya (Jawa
Tengahan, Madura, dan Tengger).
Hal tersebut terjadi karena Malang memiliki tiga sub-kultur, yaitu sub-kultur
budaya Jawa Tengahan yang hidup di lereng gunung Kawi, sub-kultur Madura di
lereng gunung Arjuno, dan sub-kultur Tengger sisa budaya Majapahit di lereng
gunung Bromo-Semeru. Etnik masyarakat Malang terkenal religius, dinamis, suka
bekerja keras, lugas dan bangga dengan identitasnya sebagai Arek Malang (AREMA)
serta menjunjung tinggi kebersamaan dan setia kepada Malang.
Di kota Malang juga terdapat tempat yang merupakan sarana
apresiasi budaya Jawa Timur yaitu Taman Krida
Budaya Jawa Timur, di tempat ini sering ditampilkan aneka budaya
khas Jawa Timur seperti Ludruk, Ketoprak, Wayang Orang, Wayang Kulit, Reog, Kuda Lumping,
Sendra tari, saat ini bertambah kesenian baru yang kian berkembang pesat di
kota Malang yaitu kesenian "Bantengan" kesenian ini merupakan hasil
dari kreatifitas masyarakat asli Malang, sejak dahulu sebenarnya kesenian ini
sudah dikenal oleh masyarakat Malang namun baru sekaranglah
"Bantengan" lebih dikenal oleh masyarakat tidak hanya masyarakat
lokal namun juga luar daerah bahkan mancanegara. Khusus di Malang sering
diadakan pergelaran bantengan hampir setiap perayaan hari besar baik keagamaan
maupun peringatan hari kemerdekaan.
Festival tahunan yang menjadi event ikon kota juga sering
diadakan setiap tahunnya. Beberapa festival kota tahunan diantaranya adalah:
·
Festival Malang Kembali: Diadakan
untuk memperingati HUT Kota Malang, biasa digelar pada tanggal 21 Mei. Festival
ini mengusung situasi kota pada masa lalu, mengubah jalan-jalan protokol kota
menjadi museum hidup selama kurang lebih 1 minggu festival ini diadakan.
·
Karnaval Bunga / Malang Flower
Carnival
·
Karnaval Lampion: Biasa diadakan
untuk merayakan hari raya imlek.
JULUKAN
Ø Paris van Oost-Java,
karena kondisi alamnya yang indah, iklimnya yang sejuk serta kotanya yang
bersih dan indah, bagaikan kota "Paris" di timur Jawa.
Ø Kota Wisata,
kondisi alam yang elok dan menawan, bersih, sejuk, tenang dan fasilitas wisata
yang memadai merupakan ciri-ciri sebuah kota tempat berlibur.
Ø Kota Pendidikan,
situasi kota yang tenang, penduduknya ramah, harga makanan yang relatif murah
dan fasilitas pendidikan yang memadai sangat cocok untuk belajar/menempuh
pendidikan. Sedikitnya ada lima universitas negeri yang berdiri di Malang:
Universitas Brawijaya, Universitas Negeri Malang, Universitas Islam Negeri
Malang, Politeknik Negeri Malang, Politeknik Negeri Kesehatan Malang dan
puluhan atau mungkin ratusan PTS.
Ø Kota Militer,
terpilih sebagai Kota Kesatrian. Di kota Malang ini didirikan tempat pelatihan
militer, asrama dan mess perwira di sekitar lapangan Rampal, dan pada zaman
Jepang dibangun lapangan terbang "Sundeng" di kawasan Perumnas
sekarang, selain itu juga ada pabrik amunisi, senjata & kendaraan tempur, Pindad,
di Turen, Kabupaten Malang .
Ø Kota Sejarah,
sebagai kota yang menyimpan misteri embrio tumbuhnya kerajaan-kerajaan besar
seperti Tumapel, Kanjuruhan, Singosari, Kediri (Dhoho), Mojopahit, Demak dan
Mataram. Di kota Malang juga terukir awal kemerdekaan Republik bahkan kota
Malang tercatat masuk nominasi akan dijadikan Ibukota Negara Republik
Indonesia.
Ø Kota Bunga,
cita-cita yang merebak di hati setiap warga kota senantiasa menyemarakkan sudut
kota dan tiap jengkal tanah warga dengan warna-warni bunga.
Ø Kota Olahraga,
Banyak lahir bibit-bibit olahragawan yang berasal dari Malang, yang paling
terkenal dengan olah raga sepak bolanya terbukti dengan berdirinya 2 team sepak
bola seperti Persema dan Arema yang mempunyai prestasi cukup baik di tingkat
regional dan nasional,di tambah lagi supporter yang sangat fanatik dan atraktif
Ngalamania serta Aremania.
Ø Kota Apel,
mempunyai produksi apel yang melimpah berpusat di wilayah Kota Batu dan
Poncokusumo sehingga banyak di ekspor ke dalam dan luar negeri. Disana apel
diolah menjadi bermacam-macam makanan maupun minuman, contohnya Sari apel,
Keripik Apel, Manisan dll.
Ø Kota Susu,
mempunyai produksi susu skala nasional dan internasional yang produksinya
terletak di wilayah Pujon, Kabupaten Malang. Susu yang didapatkan berasal dari
sapi luar negeri sehingga susu yang diperoleh mempunyai kualitas bagus.
Ø Kota Dingin,
karena memiliki letak geografis yang dikelilingi pegunungan, a.l. Gunung Arjuno
Welirang, Gunung Kawi-Panderman, Gunung Bromo-Semeru.
Ø Kota Pelajar,
karena Malang memiliki banyak universitas negeri ataupun swsta yang cukup
terkenal sehingga banyak orang dari luar pulau yang pindah ke Malang untuk
mencari pendidikan yang lebih baik dari kota lain.
Ø Kota Kuliner,
Di Malang banyak sekali jenis makanan khas yang menggugah selera banyak
wisatawan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar